SELAMAT DATANG DI BLOG RESMI SEKOLAH ALAMIAH SD AR-RAHMAN JOMBANG

Rabu, 03 April 2013

Cerpen : "YANG TERSISIH" Oleh Amena (Kelas 5)

       Nana mengenal Kishi sekitar empat bulan yang lalu. Berawal dari tawaran Nana untuk makan bersama di kantin sekolah. Saat itu Kishi adalah anak baru di kelasnya. Melihat Kishi kebingungan sendirian di kelas ketika jam istirahat, Nana jatuh kasihan. Ia lalu mengajaknya ikut bersama ke kantin. Namun sial, setelah itu Kishi lalu membututinya ke mana pun ia pergi. Memalukan.
       Teman-teman sekelas menertawakannya. Terutama ketika Kishi selalu mengekor kemana pun Nana pergi. Mereka selalu meniru gerak-gerik Kishi yang sedang membututinya, atau gaya Kishi yang sangat memujanya. Nana tidak tahan dengan olokan itu. Dan dai tidak tahan dengan gerak-gerik Kishi yang agak aneh itu. Sikap Kishi yang canggung membuatnya kesal.
       Penampilan Kishi juga aneh. Tubuhnya sangat kurus itu membuat jalannya seakan-akan melayang. Rambutnya yang amat jarang juga membuat penampilannya tidak enak di pandang. Matanya yang bulat besar seakan hanya ditempel di wajah cekingnya. Nana sebenarnya tidak pernah membeda-bedakan teman berdasarkan penampilannya saja. Namun Kishi memang aneh!
       Nana ingin sekali menghindar dari Kishi. Namun setiap kali Nana ingin marah padanya, mata Kishi yang bulat dan polos itu membuatnya tak tega. Nana menghela nafas pasrah. Dia benci Kishi! Benci sekali! Namun Nana memang tidak bisa berlaku kasar pada siapa pun. Terpaksa Nana harus menerima semua yang di lakukan Kishi. Menyebalkan!
       Hari ini Kishi membagikan undangan ulang tahunnya kepada teman sekelas
       Wajahnya berbinar senang. Ia memasak Nana ikut menyebarkan undangannya. Dengan sedikit sebal, Nana menuruti kehendak Kishi, sementara beberapa teman tersenyum, mengolok Kishi dan Nana. Menyebalkan!
       Angga dan Koko kemudian mulai menjahili Kishi dengan gaya yang menyebalkan. Angga berakting seperti Kishi yang selalu menbututi Nana, yang diperankan oleh Koko. Mereka berhasil membuat teman-teman sekelas tertawa. Yang paling memyebalkan, Kishi pun tersenyum tersipu melihat adegan itu. Seakan tidak sadar kalau mereka sedang mengolok-olok dirinya.
       Teman-teman sekelas semakin liar. Meta mulai melucuti pita-pita rambut Kishi. “Rambut Nana kan tidak pernah dikepang! Nah, kamu juga harus ikut dong!”
       “Jalan juga harus tegak. Jangan tertatih-tatih begitu” Diana memaksa Kishi berjalan tegak. Kishi mulai pucat. Teman-teman sekelas satu per satu mulai mengerjai Kishi.
       “Hei…hei… kalian jangan ketelaluan dong!” Nana menjadi kasihan melihat tubuh ringkih Kishi ditarik-tarik dan didorong-dorong
       “Wah… mami mulai turun tangan nih?” Angga mulai mengolok Nana lagi, yang langsung disambut tawa sekelas.
       Tiba-tiba Kishi terjatuh di tengah keributan itu. Wajahhnya seputih kertas dan tubuhnya dingin sekali. Dengan panik Nana dan beberapa teman berusaha menyadarkan Kishi. Tetapi tubuh Kishi tetap terkulai lemas, seperti mayat saja. Nana berteriak panik. Bu Widya dan beberapa guru datang menolong. Tapi seisi kelas tetap ketakutan dan merasa bersalah.
       Hari-hari berikutnya, suasana kelas masih suram. Apalagi setelah tahu Kishi masih kritis di rumah sakit.
Suatu hari, mama Kishi datang ke kelas Kishi.
       “Anak-anak, hari ini mama Kishi mau bicara dengan kalian semua,” Bu Widya memperkenalkan mama Kishi yang berdiri di sampingnya. Mama Kishi ternyata sangat cantik meskipun kelelahan terlihat jelas di wajahnya.
       “Anak-anak, Tante dengar kalian sangat gelisah ketika tahu Kishi masih kritis di rumah sakit. Tante sangat terharu. Kishi sangat beruntung memiliki teman seperti kalian.” Seisi kelas gelisah mendengar perkataan mama Kishi tersebut. “Kishi tidak pernah memiliki teman seumur hidupnya. Hampir separuh umurnya dihabiskan di rumah sakit. Teman-teman sekolahnya dulu tidak ada yang mau berteman dengannya. Bahkan tiap hari mereka selalu mengerjai Kishi.” Mama Kishi mulai berkaca-kaca.
       “Penampilan Kishi memang tidak terlalu cantik. Tubuhnya tidak dapat berkembang dengan baik karena penyakitnya. Rambutnnya selalu rontok karena pnegobatan yang harus dijalaninya. Lalu, dia juga tidak bisa menempatkan dirinya dengan baik. Dia terlalu sering sakit dan jarang bertemu oranglain selain keluarganya.”
Mama Kishi mengusap air matanya yang mengalir keluar,”Tapi baru kali ini Kishi bertahan selama hampir lima bulan tanpa masuk rumah sakit. Dan baru kali ini Kishi selalu bersemangat pergi ke sekolah. Dia selalu bercerita tentang kalian yang baik padanya. Dan bercerita tentang Nana yang sangat ramah, Angga yang lucu, dan teman-teman lain yang selalu bersikap baik padanya.”
       Seisi kelas mulai bergumam resah tak jelas. Namun mama Kishi seakan tak menyadari hal tersebut dan melanjutkan lagi, “Tante sangat berterima kasih pada kalian. Jika Kishi sembuh, dia pasti kembali bersekolah lagi bersama kalian!” Sebelum pergi, mama Kishi berbisik lirih, “Terima kasih anak-anak!”
       Seisi kelas hening. Tak ada yang berani mengeluarkan suara. Rasa bersalah itu kini terasa semakin berkali-kali lipat mendidih meraka. Mata Nana berkaca-kaca seperti semua teman-teman perempuan di kelasnya. Yang laki-laki menunduk diam, merasa malu. Terbayang lagi di benak mereka, betapa kejamnya mereka mengolok-olok Kishi ketika itu. Bagaimana bisa Kishi tetap menganggap mereka teman-temannya? Bagaimana bisa Kishi tetap menyukai mereka?
       Beribu tekad terpancar dari mereka, untuk bersikap lebih baik kepada Kishi nanti. Jika Kishi sembuh nanti. Jika Kishi sdar nanti. Jika mereka diberi kesempatan…

0 komentar:

Posting Komentar

 

.:: New Posts

About